Dekonstruksi Derrida dan Hegemoni Gramsci: Sebuah Awal Pencarian Identitas Budaya Indonesia Pascakolonial
DOI:
https://doi.org/10.54923/researchreview.v1i1.10Keywords:
Kolonialisme, Dekonstruksi, Hegemoni, Persuasif, KonsensusAbstract
Kolonialisme telah jauh ditinggalkan oleh bangsa Indoesia, telah lebih dari setengah abad, tetapi jejak kolonial yang terinternalisasi di dalam diri bangsa tidak pernah ditelusuri. Penelusuran ini penting untuk mengenali identitas diri bangsa pascakolonialisme. Tujuan penulisan ini adalah untuk mencari identitas budaya Indonesia Indonesia pascakolonial, dengan menelusuri pengaruh bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia di masa lalu dengan menggunakan metode dekonstruksi dan teori Hegemoni Gramsci. Bagaimana bangsa Indonesia kuno memposisikan diri dan diposisikan di dalam perjumpaan dengan bangsa-bangsa yang datang dari luar Indonesia. Untuk menelusuri ini, kita tidak dapat menelusurinya dengan perspektif yang selama ini selalu digunakan. Kita butuh membongkar perspektif itu dengan menggunakan metode dekonstruksi Derrida agar dapat mendudukan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Dengan demikina, kita dapat memperoleh perspektif baru tentang keindonesiaan kita. Teori Hegemoni Gramsci digunakan dalam tulisan ini dalam kaitannya dengan kolonialisme Indonesia. Dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci kita dapat menelusuri bahwa kolonialisme tidak selalu dengan cara dominasi dan kekerasan, tetapi dapat dengan cara persuasif dan konsensus sehingga hegemoni terlaksana dengan lentur. Dari hasil penelusuran didapatkan bahwa sebenarnya setiap kedatangan bangsa lain ke Indonesia di masa lalu, hegemoni selalu dipraktekkan dan diterapkan. Namun, tidak setiap bangsa yang masuk ke Indonesia menggunakan hegemoni melalui dominasi dengan kekuatan penuh seperti yang dilakukan oleh bangsa Eropa, sehingga Indonesia selalu mengenang masa-masa penindasan Eropa. Bangsa lain juga datang dengan melakukan hegemoni untuk mengamankan jalur dagang mereka, akan tetapi mereka menggunakan hegemoni dengan cara persuasif dan konsensus.